fbpx
OTOMASI PARA PERUSAHAAN BESAR TUTUPI REALITA BARU: MICROWORK

MICROWORK: OTOMASI PERUSAHAAN BESAR TUTUPI REALITA BARU

By Fasya Al Rahmah  |   3 Desember 2021

Ketika konsumen di wilayah London berbelanja di toko Amazon Fresh, mereka tidak lagi bertransaksi melalui kasir tapi langsung berjalan keluar dengan barang yang dibeli. Amazon mendeskripsikan “just walk out shopping” sebagai pengalaman konsumen yang mudah dan minim tenaga. Peningkatan pada otomasi toko saat pandemi hanya merupakan titik kecil dari gunungan es. Robot pembersih lantai sudah banyak beredar di belahan dunia bahkan di Indonesia. Restoran cepat saji mulai memperkerjakan robot pembuat burger dan chatbot. Bot pengantar juga meningkat dengan cukup pesat.  

Dengan fakta bahwa mesin tidak terdampak virus dan social distancing, kita melihat kembalinya apocalyptic consensus: berdasarkan prediksi baru yang dimana sebanyak setengah dari seluruh pekerjaan manusia terancam mengalami otomasi di tahun 2025. Suatu prediksi menyedihkan dimana robot akan melakukan semua pekerjaan dan manusia bisa tergantikan. 

BACA JUGA

Mengenal Sejarah AI atau Artificial Intelligence

OTOMASI PARA PERUSAHAAN BESAR TUTUPI REALITA BARU: MICROWORK

Kehadiran Microwork

Ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Sepanjang sejarah dunia, masa krisis menghasilkan kekhawatiran akan adanya pengambil alihan pekerjaan oleh robot. Setelah krisis ekonomi tahun 2008, beragam studi menyebutkan adanya tsunami otomasi yang akan memakan setengah pekerjaan dunia di masa depan. Walaupun masa depan se-ekstrim itu belum terjadi, keadaan saat ini pelan-pelan bergerak ke arah yang sama: lahirnya microwork. Sederhananya, microwork mengacu pada pekerjaan manusia yang menyinggung pelibatan Artificial Intelligence di masa depan. Pekerja, mayoritas di bagian selatan dunia, duduk di depan komputer, meng-klik foto untuk menunjukkan kendaraan tanpa kemudi bagaimana berkendara di pusat kota atau menunjukkan kamera facial recognition bagaimana mengetahui emosi dari raut muka. 

“Untuk satu penny, kamu mungkin perlu membayar seseorang untuk memberitahumu apakah ada manusia di dalam suatu foto,” jelas Jeff Bezos pada pembukaan Amazon Mechanical Turk (MTurk), sebuah platform yang menghubungkan antara perusahaan teknologi seperti Twitter yang ingin melakukan tugas sederhana seperti melabeli foto – pekerjaan untuk beberapa detik sampai menit – dengan pekerja yang memiliki pekerjaan tidak stabil. 

Platform seperti ini mengalami kenaikan user selama pandemi. Yang mana banyak orang kehilangan pekerjaannya dan terkurung di rumah. Pekerjaan yang hanya membutuhkan koneksi internet dan laptop seperti ini dapat memberi pendapatan yang sedang sangat dibutuhkan. MTurk kerap menggambarkan platformnya sebagai ruang bagi para freelancer muda yang begitu glamor. Namun janji janji palsu dari mimpi pekerjaan remote menutupi kenyataan pahit. Bahwa banyak pekerja di platfrom seperti ini tidak memiliki banyak pilihan atau tidak diterima dalam ekonomi formal.  

Mungkin pengguna situs ini tinggal di area miskin, penjara, atau kamp imigran, dan menemukan microwork melalui program non pemerintah dengan misi “Give Work, not Aid”. Riset Bank Dunia di 2012 menuliskan situasi ini dimana jutaan tugas-tugas kecil digital menghasilkan “ratusan pekerjaan”. Namun microwork terlalu sporadis dengan upah yang terlalu rendah untuk bisa disebut “pekerjaan”. Pada 2018, penduduk Venezuela yang dulunya berasal dari kelas menengah mengalami situasi ekonomi yang sangat parah untuk duduk di depan laptop dan memberikan keterangan pada gambar daerah urban untuk melatih kendaran tanpa kemudi. Pada akhir pekerjaan, di beberapa kasus pekerja hanya dibayar kurang dari 30 dolar per minggu.  

OTOMASI PARA PERUSAHAAN BESAR TUTUPI REALITA BARU: MICROWORK

IRONI MICROWORK DAN OTOMASI PERUSAHAAN

Dalam berbagai hal, microwork sedikit berbeda dengan pekerjaan “pengumpul upah” yang menghabiskan harinya melakukan berbagai pekerjaan sampingan seperti menjual tisu atau menyemir sepatu. Dengan pekerjaan-pekerjaan dalam situs microwork hanya bertahan beberapa detik/menit, pekerja harus terus menerus mencari kerja, dan mungkin dikontrak oleh lebih dari 50 “requesters” selama sehari. Berada dalam segmen kecil, pekerjaan yang dilakukan tidak jelas dan kadang memalukan. Seperti salah satu pekerjaan dalam situs MTurk yang meminta pekerja untuk mengunggah foto kakinya tanpa alasan jelas.  

Namun sebenarnya, hal itu bukanlah glitch. Platform-platform ini memang didesain lebih berpihak kepada mimpi atau skenario terbaik kontraktor/pemberi tugas: semua pekerjaan selesai tanpa perlu bermasalah dengan para pekerja. Sistem rating yang sulit ditembus, yang memungkinkan kontraktor untuk menolak hasil tugas ‘buruk’, hanya membolehkan pekerja untuk menghubungi dan ‘menantang’ kontraktor, yang tidak punya kewajiban untuk menjawab. Sistem seperti ini sudah terlalu umum, dimana laporan dari Organisasi Buruh Internasional menemukan bahwa di dalam satu platform microwork besar, sekitar 15% pekerjaannya tidak diberi upah. 

BACA JUGA

5 Rekomendasi Buku Data Science Untuk Pemula

Amazon mengatakan, “MTurk adalah marketplace dimana pemberi tugas menentukan berapa banyak mereka bersedia untuk membayar pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Jumlah kompensasi yang diterima pekerja tergantung pada harga yang dipasang pemberi tugas, jumlah tugas yang diselesaikan pekerja, dan kualitas dari pekerjaannya. Kebanyakan pekerja melihat MTurk sebagai pekerjaan part-time atau hobi yang dibayar, dan mereka menyukai fleksibilitas dalam memiliki tugas yang ingin dikerjaan dan bekerja sebanyak atau sesedikit yang mereka mau. Meskipun tingkat tugas pekerja yang ditolak sangat kecil (kurang dari 1%), mereka juga memiliki akses kepada beberapa matriks yang dapat membantu mereka menentukan pekerjaan yang ingin mereka pilih, termasuk catatan historis pemberi tugas dalam menolak atau menerima pekerjaan para pekerja. 

Kebebasan yang banyak orang nikmati dalam bekerja dari rumah selama pandemi adalah sisi lain dari jenis kontrol dan pengawasan yang baru. Meeting melalui Zoom secara tidak langsung mengirimkan data kita ke Microsoft dan Amazon. Para atasan telah membuat karyawan harus menyalakan kameranya untuk memperlihatkan wajah. Seperti para pekerja di situs microwork, tenaga kerja kita terus diambil sebagai data untuk mendukung artificial intelligence. Bagaimana datanya dipakai masih menjadi misteri. Mungkin untuk memberitahu AI secara langsung bagaimana melakukan pekerjaan kita, atau mungkin untuk mengekspos AI kepada data tentang emosi yang kita rasakan di tempat kerja. Satu hal yang jelas: peran utama dan sekunder dari pekerjaan kita bukan lagi sebuah pekerjaan, namun untuk menunjukan kepada robot bagaimana caranya melakukan pekerjaan kita, bahkan jika pernyataan ini dalam beberapa kasus masih menjadi suatu misteri. 

Namun semua tidak sepenuhnya sisi gelap, sama seperti situs-situs yang bertindak sebagai lab eksperimen sebagai bentuk baru eksploitasi dan kontrol, situs ini juga menghasilkan strategi perlawanan baru. Sebagai pengganti perwakilan serikat kerja, para pekerja menggunakan kampanye penulisan surat untuk menarik perhatian atas pekerjaan mereka, forum yang menantang platform, dan plug-in browser untuk menyoroti kontraktor tak bermoral. Forum online menjadi jaringan dukungan yang memberikan saran serta arahan kepada pengguna platform. Taktik ini masih dalam fase bertumbuh. Namun dengan semua pekerjaan kita yang semakin didorong oleh tuntutan “big data”, kita membutuhkan taktik serupa untuk merebut kembali kendali atas kehidupan kerja kita – serta memperhatikan mereka yang membuat dunia digital kita tampak “mudah”. 

Yuk belajar data science di Algoritma Data Science Education Center! Kamu bisa ikut berbagai kelas data science untuk pemula, salah satunya di program Academy kami.

PELAJARI LEBIH LANJUT

The last comment and 26 other comment(s) need to be approved.

Related Blog

Distributed Processing
Apa Itu Data Analysis Expressions?
jadi data scientist
Cara Menjadi Data Scientist Handal
Distributed Processing
Mengenal Apa Itu Distributed Processing

Ketika konsumen di wilayah London berbelanja di toko Amazon Fresh, mereka tidak lagi bertransaksi melalui kasir tapi langsung berjalan keluar dengan barang yang dibeli. Amazon mendeskripsikan “just walk out shopping” sebagai pengalaman konsumen yang mudah dan minim tenaga. Peningkatan pada otomasi toko saat pandemi hanya merupakan titik kecil dari gunungan es. Robot pembersih lantai sudah banyak beredar di belahan dunia bahkan di Indonesia. Restoran cepat saji mulai memperkerjakan robot pembuat burger dan chatbot. Bot pengantar juga meningkat dengan cukup pesat.  

Dengan fakta bahwa mesin tidak terdampak virus dan social distancing, kita melihat kembalinya apocalyptic consensus: berdasarkan prediksi baru yang dimana sebanyak setengah dari seluruh pekerjaan manusia terancam mengalami otomasi di tahun 2025. Suatu prediksi menyedihkan dimana robot akan melakukan semua pekerjaan dan manusia bisa tergantikan. 

BACA JUGA

Mengenal Sejarah AI atau Artificial Intelligence

OTOMASI PARA PERUSAHAAN BESAR TUTUPI REALITA BARU: MICROWORK

Kehadiran Microwork

Ini sudah pernah terjadi sebelumnya. Sepanjang sejarah dunia, masa krisis menghasilkan kekhawatiran akan adanya pengambil alihan pekerjaan oleh robot. Setelah krisis ekonomi tahun 2008, beragam studi menyebutkan adanya tsunami otomasi yang akan memakan setengah pekerjaan dunia di masa depan. Walaupun masa depan se-ekstrim itu belum terjadi, keadaan saat ini pelan-pelan bergerak ke arah yang sama: lahirnya microwork. Sederhananya, microwork mengacu pada pekerjaan manusia yang menyinggung pelibatan Artificial Intelligence di masa depan. Pekerja, mayoritas di bagian selatan dunia, duduk di depan komputer, meng-klik foto untuk menunjukkan kendaraan tanpa kemudi bagaimana berkendara di pusat kota atau menunjukkan kamera facial recognition bagaimana mengetahui emosi dari raut muka. 

“Untuk satu penny, kamu mungkin perlu membayar seseorang untuk memberitahumu apakah ada manusia di dalam suatu foto,” jelas Jeff Bezos pada pembukaan Amazon Mechanical Turk (MTurk), sebuah platform yang menghubungkan antara perusahaan teknologi seperti Twitter yang ingin melakukan tugas sederhana seperti melabeli foto – pekerjaan untuk beberapa detik sampai menit – dengan pekerja yang memiliki pekerjaan tidak stabil. 

Platform seperti ini mengalami kenaikan user selama pandemi. Yang mana banyak orang kehilangan pekerjaannya dan terkurung di rumah. Pekerjaan yang hanya membutuhkan koneksi internet dan laptop seperti ini dapat memberi pendapatan yang sedang sangat dibutuhkan. MTurk kerap menggambarkan platformnya sebagai ruang bagi para freelancer muda yang begitu glamor. Namun janji janji palsu dari mimpi pekerjaan remote menutupi kenyataan pahit. Bahwa banyak pekerja di platfrom seperti ini tidak memiliki banyak pilihan atau tidak diterima dalam ekonomi formal.  

Mungkin pengguna situs ini tinggal di area miskin, penjara, atau kamp imigran, dan menemukan microwork melalui program non pemerintah dengan misi “Give Work, not Aid”. Riset Bank Dunia di 2012 menuliskan situasi ini dimana jutaan tugas-tugas kecil digital menghasilkan “ratusan pekerjaan”. Namun microwork terlalu sporadis dengan upah yang terlalu rendah untuk bisa disebut “pekerjaan”. Pada 2018, penduduk Venezuela yang dulunya berasal dari kelas menengah mengalami situasi ekonomi yang sangat parah untuk duduk di depan laptop dan memberikan keterangan pada gambar daerah urban untuk melatih kendaran tanpa kemudi. Pada akhir pekerjaan, di beberapa kasus pekerja hanya dibayar kurang dari 30 dolar per minggu.  

OTOMASI PARA PERUSAHAAN BESAR TUTUPI REALITA BARU: MICROWORK

IRONI MICROWORK DAN OTOMASI PERUSAHAAN

Dalam berbagai hal, microwork sedikit berbeda dengan pekerjaan “pengumpul upah” yang menghabiskan harinya melakukan berbagai pekerjaan sampingan seperti menjual tisu atau menyemir sepatu. Dengan pekerjaan-pekerjaan dalam situs microwork hanya bertahan beberapa detik/menit, pekerja harus terus menerus mencari kerja, dan mungkin dikontrak oleh lebih dari 50 “requesters” selama sehari. Berada dalam segmen kecil, pekerjaan yang dilakukan tidak jelas dan kadang memalukan. Seperti salah satu pekerjaan dalam situs MTurk yang meminta pekerja untuk mengunggah foto kakinya tanpa alasan jelas.  

Namun sebenarnya, hal itu bukanlah glitch. Platform-platform ini memang didesain lebih berpihak kepada mimpi atau skenario terbaik kontraktor/pemberi tugas: semua pekerjaan selesai tanpa perlu bermasalah dengan para pekerja. Sistem rating yang sulit ditembus, yang memungkinkan kontraktor untuk menolak hasil tugas ‘buruk’, hanya membolehkan pekerja untuk menghubungi dan ‘menantang’ kontraktor, yang tidak punya kewajiban untuk menjawab. Sistem seperti ini sudah terlalu umum, dimana laporan dari Organisasi Buruh Internasional menemukan bahwa di dalam satu platform microwork besar, sekitar 15% pekerjaannya tidak diberi upah. 

BACA JUGA

5 Rekomendasi Buku Data Science Untuk Pemula

Amazon mengatakan, “MTurk adalah marketplace dimana pemberi tugas menentukan berapa banyak mereka bersedia untuk membayar pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Jumlah kompensasi yang diterima pekerja tergantung pada harga yang dipasang pemberi tugas, jumlah tugas yang diselesaikan pekerja, dan kualitas dari pekerjaannya. Kebanyakan pekerja melihat MTurk sebagai pekerjaan part-time atau hobi yang dibayar, dan mereka menyukai fleksibilitas dalam memiliki tugas yang ingin dikerjaan dan bekerja sebanyak atau sesedikit yang mereka mau. Meskipun tingkat tugas pekerja yang ditolak sangat kecil (kurang dari 1%), mereka juga memiliki akses kepada beberapa matriks yang dapat membantu mereka menentukan pekerjaan yang ingin mereka pilih, termasuk catatan historis pemberi tugas dalam menolak atau menerima pekerjaan para pekerja. 

Kebebasan yang banyak orang nikmati dalam bekerja dari rumah selama pandemi adalah sisi lain dari jenis kontrol dan pengawasan yang baru. Meeting melalui Zoom secara tidak langsung mengirimkan data kita ke Microsoft dan Amazon. Para atasan telah membuat karyawan harus menyalakan kameranya untuk memperlihatkan wajah. Seperti para pekerja di situs microwork, tenaga kerja kita terus diambil sebagai data untuk mendukung artificial intelligence. Bagaimana datanya dipakai masih menjadi misteri. Mungkin untuk memberitahu AI secara langsung bagaimana melakukan pekerjaan kita, atau mungkin untuk mengekspos AI kepada data tentang emosi yang kita rasakan di tempat kerja. Satu hal yang jelas: peran utama dan sekunder dari pekerjaan kita bukan lagi sebuah pekerjaan, namun untuk menunjukan kepada robot bagaimana caranya melakukan pekerjaan kita, bahkan jika pernyataan ini dalam beberapa kasus masih menjadi suatu misteri. 

Namun semua tidak sepenuhnya sisi gelap, sama seperti situs-situs yang bertindak sebagai lab eksperimen sebagai bentuk baru eksploitasi dan kontrol, situs ini juga menghasilkan strategi perlawanan baru. Sebagai pengganti perwakilan serikat kerja, para pekerja menggunakan kampanye penulisan surat untuk menarik perhatian atas pekerjaan mereka, forum yang menantang platform, dan plug-in browser untuk menyoroti kontraktor tak bermoral. Forum online menjadi jaringan dukungan yang memberikan saran serta arahan kepada pengguna platform. Taktik ini masih dalam fase bertumbuh. Namun dengan semua pekerjaan kita yang semakin didorong oleh tuntutan “big data”, kita membutuhkan taktik serupa untuk merebut kembali kendali atas kehidupan kerja kita – serta memperhatikan mereka yang membuat dunia digital kita tampak “mudah”. 

Yuk belajar data science di Algoritma Data Science Education Center! Kamu bisa ikut berbagai kelas data science untuk pemula, salah satunya di program Academy kami.

PELAJARI LEBIH LANJUT

Related Blog

Real Time Processing
Perbedaan Batch Processing dan Real Time Processing
Metode Pengolahan Data
Tipe, Langkah, dan Metode Pengolahan Data
Batch Processing
Mengenal Batch Processing dan Implementasinya
The last comment and 26 other comment(s) need to be approved.