PEMANFAATAN DATA SCIENCE DIBALIK FACEBOOK?
By Claureina Diana | 01 Februari 2021
By Claureina Diana | 01 Februari 2021
Apakah kamu ingat kapan pertama kali kamu punya Facebook? Mungkin sudah 3 tahun atau bahkan belasan tahun lalu. Ya, Facebook memang salah satu sosial media yang masih ada dan tetap eksis sejak zaman awal kehadiran sosial media. Tidak heran facebook sering dianggap sebagai sosial media giant.
Selain fitur yang terus berkembang dan menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, Facebook juga terintegrasi dengan beberapa sosial media lainnya seperti Whatsapp, Instagram, dan Messenger yang membuatnya semakin relevan dengan para pengguna. Kini pengguna Facebook juga sudah berkembang pesat, dengan lebih dari 2 Miliar pengguna aktif setiap bulannya (MAU).
Lalu bagaimana cara Facebook memanfaatkan data sebanyak itu ya?
Bisakah kamu membayangkan banyaknya data yang masuk ke Facebook setiap harinya? Tentu jumlahnya sangat masif! Dari data pribadi, hingga foto dan video yang kamu share ke Facebook dapat dijadikan data sangat berharga oleh Facebook. Bahkan beberapa ilmuwan data mengatakan bahwa dengan data-data tersebut, Facebook dapat memahami penggunanya jauh lebih baik dari orang terdekat mereka sekalipun. Hebat bukan?
Namun data dalam jumlah besar tersebut tidak mungkin diolah secara manual. Disinilah peran Deep learning sangat diperlukan. Sejak awal, memang perusahaan berbasis teknologi seperti facebook selalu terdepan dalam penggunaan teknologi terbaru, tidak terkecuali deep learning. Dengan menggunakan deep learning, data yang banyak tersebut dapat diolah dan dianalisis secara otomatis oleh sistem untuk menghasilkan suatu insight. Insight inilah yang nantinya membuat Facebook semakin mengenal para penggunanya. Mulai dari makanan kesukaannya, siapa teman dekatnya, hobi apa yang dilakukan di akhir pekan, semua bisa diketahui dari hasil insight. Insight inilah yang akan membuat halaman facebook setiap orang lebih personalized, misalnya dari sisi advertisement yang disesuaikan dengan daftar pencarian yang sering dilakukan oleh seseorang.
Mungkin kamu tidak menyadari bahwa dibalik konten berbentuk teks ada lebih banyak insight yang bisa didapat, dibandingkan hanya dengan sejumlah likes dan comment. Dan Facebook mampu mengolah tulisan yang terkandung dalam sebuah postingan ataupun komentar menjadi data yang sangat berharga menggunakan teknologi Deep Learning. Teknologi ini dikemas dalam sebuah alat bernama Deeptext yang mampu menganalisa secara akurat makna dibalik kalimat. Tidak terbatas pada satu bahasa saja, Deep text dapat mendeteksi tulisan dalam lebih dari 20 bahasa.
Deep text tidak hanya mampu mendeteksi kata demi kata yang terkandung dalam sebuah postingan, tetapi mampu membaca kalimat secara utuh sehingga bisa menangkap arti dibalik rangkaian kata tersebut. Apakah kamu masih ingat mengenai unsupervised learning? Nah, Deep text menggunakan unsupervised learning ini untuk menemukan makna utuh dari sebuah kalimat, sehingga mesin dapat melihat konteks dari suatu kata yang disesuaikan dengan kata-kata lain yang mengikuti.
Dengan mengetahui makna dibalik kalimat-kalimat yang di share oleh para penggunanya, Facebook dapat lebih mengerti penggunanya dan menentukan penawaran atau fitur-fitur yang tepat untuk meningkatkan user experience.
Siapa diantara kamu yang menjadikan Facebook sebagai ‘tempat penyimpanan foto’? Tenang kamu gak sendirian! Lebih dari 2 Miliar foto disebar melalui platform yang terhubung dengan Facebook (Whatsapp, Instagram, Messenger) setiap harinya. Dengan tingginya angka foto yang masuk ke dalam database ini, Facebook melihat peluang untuk semakin berkembang dengan mengolah foto-foto ini secara tepat. Facebook mengembangkan teknologi deep learning ke dalam sebuah alat bernama Deep Face. Alat ini mampu mendeteksi gambar, bahkan wajah seseorang. Tingkat akurasinya pun sangat tinggi mencapai 97%, tidak heran jika Facebook mampu mengenali perbedaan di antara dua orang yang sangat mirip sekalipun.
Aplikasi facial recognition ini dapat kamu lihat saat Facebook menampilkan momen ‘Flashback’ pada waktu tertentu, seperti saat Facebook 10th year anniversary tahun lalu yang menyajikan video singkat berisi foto-foto, video, atau momen berhargamu dengan orang-orang ‘terdekat’. Kebanyakan dari data yang diberikan Facebook sangat akurat, padahal kamu tidak pernah memberi tahu siapa teman dekatmu atau apa akun orang tuamu. Itu semua dibuat berdasarkan analisa terhadap postingan yang menunjukan aktivitas-aktivitas serta orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Selain itu facial recognition ini juga berguna untuk keamanan, dimana sekarang banyak sekali penyalahgunaan foto untuk kegiatan yang tidak bertanggung jawab. Deteksi fitur wajah yang dimiliki Facebook ini dapat langsung memberi notifikasi kepada pemilik foto apabila ada profil yang tidak berhubungan menggunakan foto palsu tersebut.
‘Personalized everything’ adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan teknik pemasaran yang banyak digunakan sekarang ini. Begitu pula yang dilakukan Facebook dengan menggunakan deep neural networks. Facebook mampu menganalisa perilaku seorang pengguna dan berusaha memahami apa yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Dengan data-data seperti umur, jenis kelamin, lokasi, hobi, dan aktivitas lainnya Facebook berusaha menemukan golongan yang paling sesuai untuk orang tersebut.
Misalnya kamu adalah seorang pelukis. Kamu sering mengupload hasil karyamu dan sering memberi like pada postingan pelukis idolamu. Facebook mungkin dapat membaca ini sebagai signal untuk mengelompokan kamu ke dalam golongan pecinta seni. Untuk apa? Kemudian Facebook dapat memberikan iklan yang lebih relevan untukmu. Dalam kasus ini mungkin akan lebih relevan jika memberi iklan cat air ketimbang oli dalam halaman facebook-mu. Hal ini juga menguntungkan bagi Facebook, dimana semakin lama kamu bertahan dalam satu aplikasi, maka keuntungan yang lebih besar akan didapat bagi aplikasi tersebut.
Itu adalah beberapa contoh penggunaan deep learning dalam aplikasi Facebook. Tentunya masih banyak lagi fungsi-fungsi lain di Facebook yang memanfaatkan kecanggihan deep learning ini. Jika kamu tertarik belajar lebih banyak terkait penggunaan Artificial Intelligence di Facebook kamu bisa langsung kunjungi laboratorium AI terbukanya, Facebook Artificial Intelligence Research (FAIR).
Hampir seluruh aplikasi yang ada di handphone-mu juga pasti menggunakan kemampuan data science, seperti netflix, spotify, bahkan e-commerce. Jika kamu ingin tahu penggunaan data science di aplikasi lainnya, langsung cek blog Team Algoritma yang lainnya ya!
Keep learning!
Apakah kamu ingat kapan pertama kali kamu punya Facebook? Mungkin sudah 3 tahun atau bahkan belasan tahun lalu. Ya, Facebook memang salah satu sosial media yang masih ada dan tetap eksis sejak zaman awal kehadiran sosial media. Tidak heran facebook sering dianggap sebagai sosial media giant.
Selain fitur yang terus berkembang dan menyesuaikan dengan kebutuhan penggunanya, Facebook juga terintegrasi dengan beberapa sosial media lainnya seperti Whatsapp, Instagram, dan Messenger yang membuatnya semakin relevan dengan para pengguna. Kini pengguna Facebook juga sudah berkembang pesat, dengan lebih dari 2 Miliar pengguna aktif setiap bulannya (MAU).
Lalu bagaimana cara Facebook memanfaatkan data sebanyak itu ya?
Bisakah kamu membayangkan banyaknya data yang masuk ke Facebook setiap harinya? Tentu jumlahnya sangat masif! Dari data pribadi, hingga foto dan video yang kamu share ke Facebook dapat dijadikan data sangat berharga oleh Facebook. Bahkan beberapa ilmuwan data mengatakan bahwa dengan data-data tersebut, Facebook dapat memahami penggunanya jauh lebih baik dari orang terdekat mereka sekalipun. Hebat bukan?
Namun data dalam jumlah besar tersebut tidak mungkin diolah secara manual. Disinilah peran Deep learning sangat diperlukan. Sejak awal, memang perusahaan berbasis teknologi seperti facebook selalu terdepan dalam penggunaan teknologi terbaru, tidak terkecuali deep learning. Dengan menggunakan deep learning, data yang banyak tersebut dapat diolah dan dianalisis secara otomatis oleh sistem untuk menghasilkan suatu insight. Insight inilah yang nantinya membuat Facebook semakin mengenal para penggunanya. Mulai dari makanan kesukaannya, siapa teman dekatnya, hobi apa yang dilakukan di akhir pekan, semua bisa diketahui dari hasil insight. Insight inilah yang akan membuat halaman facebook setiap orang lebih personalized, misalnya dari sisi advertisement yang disesuaikan dengan daftar pencarian yang sering dilakukan oleh seseorang.
Mungkin kamu tidak menyadari bahwa dibalik konten berbentuk teks ada lebih banyak insight yang bisa didapat, dibandingkan hanya dengan sejumlah likes dan comment. Dan Facebook mampu mengolah tulisan yang terkandung dalam sebuah postingan ataupun komentar menjadi data yang sangat berharga menggunakan teknologi Deep Learning. Teknologi ini dikemas dalam sebuah alat bernama Deeptext yang mampu menganalisa secara akurat makna dibalik kalimat. Tidak terbatas pada satu bahasa saja, Deep text dapat mendeteksi tulisan dalam lebih dari 20 bahasa.
Deep text tidak hanya mampu mendeteksi kata demi kata yang terkandung dalam sebuah postingan, tetapi mampu membaca kalimat secara utuh sehingga bisa menangkap arti dibalik rangkaian kata tersebut. Apakah kamu masih ingat mengenai unsupervised learning? Nah, Deep text menggunakan unsupervised learning ini untuk menemukan makna utuh dari sebuah kalimat, sehingga mesin dapat melihat konteks dari suatu kata yang disesuaikan dengan kata-kata lain yang mengikuti.
Dengan mengetahui makna dibalik kalimat-kalimat yang di share oleh para penggunanya, Facebook dapat lebih mengerti penggunanya dan menentukan penawaran atau fitur-fitur yang tepat untuk meningkatkan user experience.
Siapa diantara kamu yang menjadikan Facebook sebagai ‘tempat penyimpanan foto’? Tenang kamu gak sendirian! Lebih dari 2 Miliar foto disebar melalui platform yang terhubung dengan Facebook (Whatsapp, Instagram, Messenger) setiap harinya. Dengan tingginya angka foto yang masuk ke dalam database ini, Facebook melihat peluang untuk semakin berkembang dengan mengolah foto-foto ini secara tepat. Facebook mengembangkan teknologi deep learning ke dalam sebuah alat bernama Deep Face. Alat ini mampu mendeteksi gambar, bahkan wajah seseorang. Tingkat akurasinya pun sangat tinggi mencapai 97%, tidak heran jika Facebook mampu mengenali perbedaan di antara dua orang yang sangat mirip sekalipun.
Aplikasi facial recognition ini dapat kamu lihat saat Facebook menampilkan momen ‘Flashback’ pada waktu tertentu, seperti saat Facebook 10th year anniversary tahun lalu yang menyajikan video singkat berisi foto-foto, video, atau momen berhargamu dengan orang-orang ‘terdekat’. Kebanyakan dari data yang diberikan Facebook sangat akurat, padahal kamu tidak pernah memberi tahu siapa teman dekatmu atau apa akun orang tuamu. Itu semua dibuat berdasarkan analisa terhadap postingan yang menunjukan aktivitas-aktivitas serta orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Selain itu facial recognition ini juga berguna untuk keamanan, dimana sekarang banyak sekali penyalahgunaan foto untuk kegiatan yang tidak bertanggung jawab. Deteksi fitur wajah yang dimiliki Facebook ini dapat langsung memberi notifikasi kepada pemilik foto apabila ada profil yang tidak berhubungan menggunakan foto palsu tersebut.
‘Personalized everything’ adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan teknik pemasaran yang banyak digunakan sekarang ini. Begitu pula yang dilakukan Facebook dengan menggunakan deep neural networks. Facebook mampu menganalisa perilaku seorang pengguna dan berusaha memahami apa yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Dengan data-data seperti umur, jenis kelamin, lokasi, hobi, dan aktivitas lainnya Facebook berusaha menemukan golongan yang paling sesuai untuk orang tersebut.
Misalnya kamu adalah seorang pelukis. Kamu sering mengupload hasil karyamu dan sering memberi like pada postingan pelukis idolamu. Facebook mungkin dapat membaca ini sebagai signal untuk mengelompokan kamu ke dalam golongan pecinta seni. Untuk apa? Kemudian Facebook dapat memberikan iklan yang lebih relevan untukmu. Dalam kasus ini mungkin akan lebih relevan jika memberi iklan cat air ketimbang oli dalam halaman facebook-mu. Hal ini juga menguntungkan bagi Facebook, dimana semakin lama kamu bertahan dalam satu aplikasi, maka keuntungan yang lebih besar akan didapat bagi aplikasi tersebut.
Itu adalah beberapa contoh penggunaan deep learning dalam aplikasi Facebook. Tentunya masih banyak lagi fungsi-fungsi lain di Facebook yang memanfaatkan kecanggihan deep learning ini. Jika kamu tertarik belajar lebih banyak terkait penggunaan Artificial Intelligence di Facebook kamu bisa langsung kunjungi laboratorium AI terbukanya, Facebook Artificial Intelligence Research (FAIR).
Hampir seluruh aplikasi yang ada di handphone-mu juga pasti menggunakan kemampuan data science, seperti netflix, spotify, bahkan e-commerce. Jika kamu ingin tahu penggunaan data science di aplikasi lainnya, langsung cek blog Team Algoritma yang lainnya ya!
Keep learning!