Facial Recognition Clearview Membantu Ukraina dalam Invasi Rusia
21 Maret 2022
21 Maret 2022
Sejak dimulainya peperangan antara Rusia dan Ukraina (24/2/2022), hingga kini belum terlihat bahwa perang ini akan berakhir. Diketahui telah terjadi beberapa kali perundingan, namun belum ada hasil yang jelas terkait berakhirnya perang. Meskipun demikian, Oleksiy Arestovich, Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina memprediksikan ini akan berakhir pada awal Mei.
“Saya pikir tidak akan lebih dari Mei, awal Mei (perang berakhir). Kita harus memiliki kesepakatan damai, mungkin saja bisa lebih cepat. Kita lihat saja,” ujar Oleksiy Arestovich, Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina.
Semakin lama perang ini berlangsung akan semakin banyak korban yang berjatuhan. HAM PBB mengkonfirmasi (1/3/2022) korban yang tewas dalam invasi Rusia ke Ukraina sudah menembus angka 227 orang, dan 525 orang luka-luka. Dari data yang telah dikumpulkan tersebut, diyakini, jumlah korban dalam konflik ini lebih besar karena adanya keterlambatan laporan di sejumlah area dan sulitnya mengidentifikasi korban.
Kementerian Pertahanan Ukraina pada Sabtu lalu dikabarkan mulai menggunakan teknologi pengenal wajah berbasis kecerdasan buatan (AI) dari Clearview.
Hal ini diungkapkan Lee Wolosky, penasihat Clearview, yang pernah menjabat sebagai diplomat di bawah kepemimpinan presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Joe Biden, kepada Reuters (14/3/2022).
Clearview dapat digunakan Ukraina untuk mengungkap orang-orang Rusia yang menyerang negaranya, memerangi informasi palsu yang beredar di media sosial, dan mengidentifikasi korban yang tewas. Startup yang berbasis di AS ini menyediakan akses gratis ke mesin pencarinya, sehingga Ukraina memiliki otoritas untuk menyaring orang-orang yang berkepentingan di pos pemeriksaan dan menjaga perbatasan mereka.
Sebelum akhirnya resmi digunakan, juru bicara Kementerian Transformasi Digital Ukraina sempat mengatakan sedang mempertimbangkan tawaran Clearview. Karena selain Clearview masih banyak pebisnis Barat lainnya yang juga berjanji akan membantu Ukraina, dengan menyediakan perangkat keras internet, alat keamanan siber, dan dukungan lainnya.
Namun pendiri Clearview terus meyakini Ukraina dengan mengatakan bahwa startupnya memiliki lebih dari dua miliar gambar dari layanan media sosial Rusia, VKontakte (situs jejaring sosial terbesar di Rusia), dan memiliki total database lebih dari 10 miliar foto.
“Basis data itu dapat membantu Ukraina mengidentifikasi korban tewas dengan lebih mudah daripada mencoba mencocokkan sidik jari, bahkan tetap dapat berfungsi meskipun terdapat cacat pada wajah korban,” kata Ton-That. CEO Clearview.
Selain itu, Ton-That juga mengatakan bahwa teknologi Clearview dapat digunakan untuk menyatukan kembali para pengungsi yang terpisah dari keluarga mereka, mengidentifikasi operator Rusia dan membantu pemerintah Ukraina menghilangkan postingan palsu di media sosial terkait dengan perang.
Cara kerja Clearview dasarnya adalah Facial Recognition. Jika Anda memiliki gambar seseorang, tetapi Anda tidak tahu identitasnya. Anda dapat memasukkan foto itu ke dalam aplikasi Clearview, dan Clearview akan mencocokkannya dengan foto lain dari orang yang sama dengan akurasi 75% dan akan muncul gambar orang tersebut yang telah diambil dari internet, serta link website tempat gambar itu berasal.
Pada tahun 2020, Yashar Ali, seorang jurnalis asal Chicago, memiliki dua demo Clearview, pada demo tersebut dicoba memasukkan foto dari hasil screenshot sebuah video yang buram, dan Clearview dapat mengidentifikasikan orang dalam foto tersebut meskipun mereka hampir tidak pernah aktif dalam internet.
“Akurasi dari Clearview cukup menakjubkan sekaligus menakutkan” ujarnya.
Clearview telah mengumpulkan database identifikasi terbesar di dunia dengan melakukan scraping (proses pengambilan data atau ekstraksi dari sebuah website) foto yang dapat diakses publik di internet. Clearview telah mengumpulkannya, membuatnya dapat dicari, dan mengubahnya menjadi sebuah produk.
Facial Recognition adalah salah satu sistem identifikasi biometrik (proses dalam menentukan identitas seseorang) yang sangat efektif dalam menghasilkan informasi. Hal tersebut bisa terjadi karena penggunaan algoritma machine learning berupa neural network yang berperan penting dalam pengembangan sistem facial recognition.
Neural network dibuat berdasarkan model cara kerja otak manusia. Algoritma ini akan mencoba meniru proses otak mengenali wajah seseorang. Alam bawah sadar otak akan mencoba mengenali fitur-fitur khusus pada wajah. Seperti jarak antara mata, tinggi dahi, lebar hidung, dan sebagainya.
Sistem teknologi wajah dapat bervariasi, tetapi secara umum, Facial Recognition cenderung beroperasi sebagai berikut:
Sistem akan mengekstraksi pola dalam sebuah gambar lalu membandingkannya. Jika polanya sama, sistem akan mengasumsikan bahwa ada wajah dalam gambar tersebut.
Selanjutnya, gambar wajah ditangkap dan dianalisis. Sebagian besar teknologi Facial Recognition bergantung pada gambar 2D daripada gambar 3D karena dapat lebih mudah mencocokkan gambar 2D dengan foto publik atau yang ada di database. Perangkat lunak membaca geometri wajah Anda. Faktor utama termasuk jarak antara mata Anda, kedalaman rongga mata Anda, jarak dari dahi ke dagu, bentuk tulang pipi Anda, dan kontur bibir, telinga, dan dagu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi landmark wajah yang merupakan kunci untuk membedakan wajah Anda.
Proses pengambilan wajah mengubah informasi analog (wajah) menjadi sekumpulan informasi digital (data) berdasarkan fitur wajah seseorang. Analisis wajah Anda pada dasarnya diubah menjadi rumus matematika. Kode numerik disebut faceprint. Dengan cara yang sama bahwa sidik jari itu unik, setiap orang memiliki sidik wajah mereka sendiri.
Langkah terakhir dari proses ini adalah menemukan kecocokan. Sidik wajah Anda dibandingkan dengan database kode wajah lainnya. Jumlah wajah yang dibandingkan bergantung pada database dan berapa banyak database yang dapat diakses oleh perangkat lunak.
Dari sini kita dapat melihat bahwa Artificial Intelligence semakin sering kita temui, tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam peperangan Rusia dan Ukraina, Facial Recognition melalui Clearview turut mengambil peran.
Disamping banyaknya manfaat Facial Recognition Clearview dalam membantu Ukraina, banyak yang mengkhawatirkan teknologi yang awalnya bermaksud baik ini, malah menjadi bumerang dan merugikan orang-orang yang mana seharusnya terbantu dengan teknologi tersebut.
Ton-That pun menanggapi kekhawatiran tersebut dengan mengatakan, Clearview tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya sumber identifikasi dan dia tidak ingin teknologi digunakan untuk melanggar Konvensi Jenewa, yang menciptakan standar hukum untuk perlakuan kemanusiaan selama perang.
Referensi:
Sejak dimulainya peperangan antara Rusia dan Ukraina (24/2/2022), hingga kini belum terlihat bahwa perang ini akan berakhir. Diketahui telah terjadi beberapa kali perundingan, namun belum ada hasil yang jelas terkait berakhirnya perang. Meskipun demikian, Oleksiy Arestovich, Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina memprediksikan ini akan berakhir pada awal Mei.
“Saya pikir tidak akan lebih dari Mei, awal Mei (perang berakhir). Kita harus memiliki kesepakatan damai, mungkin saja bisa lebih cepat. Kita lihat saja,” ujar Oleksiy Arestovich, Penasihat Kepala Staf Presiden Ukraina.
Semakin lama perang ini berlangsung akan semakin banyak korban yang berjatuhan. HAM PBB mengkonfirmasi (1/3/2022) korban yang tewas dalam invasi Rusia ke Ukraina sudah menembus angka 227 orang, dan 525 orang luka-luka. Dari data yang telah dikumpulkan tersebut, diyakini, jumlah korban dalam konflik ini lebih besar karena adanya keterlambatan laporan di sejumlah area dan sulitnya mengidentifikasi korban.
Kementerian Pertahanan Ukraina pada Sabtu lalu dikabarkan mulai menggunakan teknologi pengenal wajah berbasis kecerdasan buatan (AI) dari Clearview.
Hal ini diungkapkan Lee Wolosky, penasihat Clearview, yang pernah menjabat sebagai diplomat di bawah kepemimpinan presiden Amerika Serikat, Barack Obama dan Joe Biden, kepada Reuters (14/3/2022).
Clearview dapat digunakan Ukraina untuk mengungkap orang-orang Rusia yang menyerang negaranya, memerangi informasi palsu yang beredar di media sosial, dan mengidentifikasi korban yang tewas. Startup yang berbasis di AS ini menyediakan akses gratis ke mesin pencarinya, sehingga Ukraina memiliki otoritas untuk menyaring orang-orang yang berkepentingan di pos pemeriksaan dan menjaga perbatasan mereka.
Sebelum akhirnya resmi digunakan, juru bicara Kementerian Transformasi Digital Ukraina sempat mengatakan sedang mempertimbangkan tawaran Clearview. Karena selain Clearview masih banyak pebisnis Barat lainnya yang juga berjanji akan membantu Ukraina, dengan menyediakan perangkat keras internet, alat keamanan siber, dan dukungan lainnya.
Namun pendiri Clearview terus meyakini Ukraina dengan mengatakan bahwa startupnya memiliki lebih dari dua miliar gambar dari layanan media sosial Rusia, VKontakte (situs jejaring sosial terbesar di Rusia), dan memiliki total database lebih dari 10 miliar foto.
“Basis data itu dapat membantu Ukraina mengidentifikasi korban tewas dengan lebih mudah daripada mencoba mencocokkan sidik jari, bahkan tetap dapat berfungsi meskipun terdapat cacat pada wajah korban,” kata Ton-That. CEO Clearview.
Selain itu, Ton-That juga mengatakan bahwa teknologi Clearview dapat digunakan untuk menyatukan kembali para pengungsi yang terpisah dari keluarga mereka, mengidentifikasi operator Rusia dan membantu pemerintah Ukraina menghilangkan postingan palsu di media sosial terkait dengan perang.
Cara kerja Clearview dasarnya adalah Facial Recognition. Jika Anda memiliki gambar seseorang, tetapi Anda tidak tahu identitasnya. Anda dapat memasukkan foto itu ke dalam aplikasi Clearview, dan Clearview akan mencocokkannya dengan foto lain dari orang yang sama dengan akurasi 75% dan akan muncul gambar orang tersebut yang telah diambil dari internet, serta link website tempat gambar itu berasal.
Pada tahun 2020, Yashar Ali, seorang jurnalis asal Chicago, memiliki dua demo Clearview, pada demo tersebut dicoba memasukkan foto dari hasil screenshot sebuah video yang buram, dan Clearview dapat mengidentifikasikan orang dalam foto tersebut meskipun mereka hampir tidak pernah aktif dalam internet.
“Akurasi dari Clearview cukup menakjubkan sekaligus menakutkan” ujarnya.
Clearview telah mengumpulkan database identifikasi terbesar di dunia dengan melakukan scraping (proses pengambilan data atau ekstraksi dari sebuah website) foto yang dapat diakses publik di internet. Clearview telah mengumpulkannya, membuatnya dapat dicari, dan mengubahnya menjadi sebuah produk.
Facial Recognition adalah salah satu sistem identifikasi biometrik (proses dalam menentukan identitas seseorang) yang sangat efektif dalam menghasilkan informasi. Hal tersebut bisa terjadi karena penggunaan algoritma machine learning berupa neural network yang berperan penting dalam pengembangan sistem facial recognition.
Neural network dibuat berdasarkan model cara kerja otak manusia. Algoritma ini akan mencoba meniru proses otak mengenali wajah seseorang. Alam bawah sadar otak akan mencoba mengenali fitur-fitur khusus pada wajah. Seperti jarak antara mata, tinggi dahi, lebar hidung, dan sebagainya.
Sistem teknologi wajah dapat bervariasi, tetapi secara umum, Facial Recognition cenderung beroperasi sebagai berikut:
Sistem akan mengekstraksi pola dalam sebuah gambar lalu membandingkannya. Jika polanya sama, sistem akan mengasumsikan bahwa ada wajah dalam gambar tersebut.
Selanjutnya, gambar wajah ditangkap dan dianalisis. Sebagian besar teknologi Facial Recognition bergantung pada gambar 2D daripada gambar 3D karena dapat lebih mudah mencocokkan gambar 2D dengan foto publik atau yang ada di database. Perangkat lunak membaca geometri wajah Anda. Faktor utama termasuk jarak antara mata Anda, kedalaman rongga mata Anda, jarak dari dahi ke dagu, bentuk tulang pipi Anda, dan kontur bibir, telinga, dan dagu. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi landmark wajah yang merupakan kunci untuk membedakan wajah Anda.
Proses pengambilan wajah mengubah informasi analog (wajah) menjadi sekumpulan informasi digital (data) berdasarkan fitur wajah seseorang. Analisis wajah Anda pada dasarnya diubah menjadi rumus matematika. Kode numerik disebut faceprint. Dengan cara yang sama bahwa sidik jari itu unik, setiap orang memiliki sidik wajah mereka sendiri.
Langkah terakhir dari proses ini adalah menemukan kecocokan. Sidik wajah Anda dibandingkan dengan database kode wajah lainnya. Jumlah wajah yang dibandingkan bergantung pada database dan berapa banyak database yang dapat diakses oleh perangkat lunak.
Dari sini kita dapat melihat bahwa Artificial Intelligence semakin sering kita temui, tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dalam peperangan Rusia dan Ukraina, Facial Recognition melalui Clearview turut mengambil peran.
Disamping banyaknya manfaat Facial Recognition Clearview dalam membantu Ukraina, banyak yang mengkhawatirkan teknologi yang awalnya bermaksud baik ini, malah menjadi bumerang dan merugikan orang-orang yang mana seharusnya terbantu dengan teknologi tersebut.
Ton-That pun menanggapi kekhawatiran tersebut dengan mengatakan, Clearview tidak boleh digunakan sebagai satu-satunya sumber identifikasi dan dia tidak ingin teknologi digunakan untuk melanggar Konvensi Jenewa, yang menciptakan standar hukum untuk perlakuan kemanusiaan selama perang.
Referensi: